![]() |
"Soppeng kota kecil yang beradipura, bertanah subur makmur sentosa.....warga masyarakat penuh dinamika....semangat hidup budaya yang tinggi....lestarikan soppengku kota yang berhiber....kota kecil kotaku...tempat kelahiranku..."
Di kota inilah aku dilahirkan
dan dibesarkan bersama ke 3 Saudaraku. Kota kecil yang sejuk, yang
masih kental dengan adat budaya bugisnya. Sejarah Soppeng diawali dengan
munculnya “Tomanurung” dalam istilah
bahasa Indonesia dikenal sebagai orang yang muncul seketika. Saat itu,
masyarakat Soppeng tengah dilanda kegetiran dan kemiskinan ditambah
dengan penderitaan rakyat, maka berkumpullah tokoh-tokoh masyarakat
“tudang sipulung” untuk membahas masalah ini, di tengah pembicaraan
mereka, seekor burung kakak tua (dalam bahasa Bugis dikenal sebagai
“cakkelle”). Cakkelle ini terbang tepat di atas perkumpulan itu,
sehingga para tokoh yang melihatnya merasa ada sesuatu yang lain dari
cakkelle ini. Akhirnya pimpinan tudang sipulung menyuruh si Jumet, salah
seorang toko masyarakat bersama dengan rekannya yang lain untuk
mengikuti cakkelle tersebut. Hari Ulang Tahun Kab.Soppeng sebelumnya
ditetapkan pada 13 Maret
1957 yang bertumpu pada keluarnya Undang-Undang No. 4 Tahun 1954 tentang
pembentukan Daerah Otonom Bone, Wajo dan Soppeng di pandang menyimpang
dari obyektivitas sejarah. Oleh karena itu sejumlah cendekiawan
melakukan usun rembuk kajian sejarah yang makin dipertajam. Kesimpulan
yang dihasilkan, hari ulang tahun Kab. Soppeng mesti merangkai benang
merah masa lalu dengan perhitungan pelantikan LATEMMALA MANURUNG’E RI SEKKANYILIK
yang menjadi Raja pertama Kab. Soppeng pada tahun 1261. Ikhwal
penetapan tanggal dan bulan ditarik dari saat-saat yang memiliki makna
tertentu, penetapan tanggal 23 dimaksudkan sebagai “Dua Tellu” yang
berarti beberapa orang yang memiliki kebersamaan persatuan dan kesatuan
(tidak sendirian). Adapun momentum bulan Maret sebagai pelantikan Bupati
yang pertama sepanjang sejarah berdirinya Kabupaten Soppeng. Kabupaten
Soppeng terdiri dari 8 kecamatan, yakni Citta, Donri-Donri, Ganra,
Lalabata, Liliriaja, Lilirilau, Marioriawa dan Marioriwawo. Di Kecamatan
Lalabata inilah saya tinggal.
Oiya, Soppeng dijuluki Kota Kalong lho...itu karena saking banyaknya kalong yang
bertengger di kota itu. Setiap hari saat menjelang subuh ribuan kalong
melintasi langit Soppeng untuk menempati pohon-pohon besar di kota ini.
Kalong-kalong itu beristirahat dan menggelantung di dahan-dahan
pepohonan hingga menjelang magrib yang kemudian beramai-ramai
meninggalkan kota untuk mencari makan. Konon, Kalong itu adalah penjaga
soppeng (pengawal) yang ditugaskan untuk menjaga keamanan soppeng
sehingga timbul kepercayaan di kalangan masyarakat bahwa jika kelelawar-kelelawar itu hilang
(tidak muncul-muncul) selama 3 hari maka suatu bencana akan menimpa
soppeng. Entah itu betul atau hanya kebetulan, bencana itu benar-benar terjadi lho. Kurang lupa juga tahun berapa, saat itu aku masih kecil kelelawar itu pernah pergi dari soppeng, ternyata itu tanda-tanda akan ada gempa. Untungnya gempanya gak parah jadi kami sekeluarga gak apa-apa,, huffttt....
Ok dech sahabat, itulah sebagian kecil cerita tentang kampung halaman saya.
~Wassalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh~
Ok dech sahabat, itulah sebagian kecil cerita tentang kampung halaman saya.
~Wassalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh~
I like it...
BalasHapus